Fokus Turunkan 5 Penyakit NTDs, Menkes Minta Masyarakat Jaga Lingkungan

Menkes Budi berfoto bersama para kepala daerah yang meraih sertifikat bebas frambusia
 

JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengatakan lingkungan yang sehat akan mengurangi risiko penyakit tropis terabaikan (Neglected Tropical Diseases/NTDs). Karena itu masyarakat diminta untuk menjaga agar lingkungan tetap bersih dan sehat. 

Hal itu disampaikan Menkes Budi pada puncak Peringatan Hari NTDs tahun 2024, Rabu (6/3/2024).
“Jika kebersihan lingkungan terjaga, maka nyamuk tidak ada. Penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk akan turun. Juga tikus tidak ada, penyakit yang disebabkan oleh tikus akan turun,” kata Menkes Budi.

Menurut Menkes Budi menjaga lingkungan yang sehat bisa dilakukan melalui 4 cara. Pertama, cuci tangan sebelum makan. Kedua, tidak buang air besar sembarangan. Ketiga, menggunakan alas kaki ketika berjalan, terutama anak-anak. Keempat, membersihkan genangan air yang mengundang nyamuk.

"Kalau empat itu aja dijaga lingkungannya harusnya Neglected Tropical Disease-nya menurun. Tetapi kelihatannya orang Indonesia lebih suka minum obat dibanding menjaga kesehatan,” lanjut Menkes Budi.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), jelas Menkes, Indonesia memiliki 11 dari 21 penyakit tropis terabaikan. Saat ini, Kemenkes fokus menangani 5 jenis yakni kusta, frambusia, filariasis, cacingan, dan skistosomiasis. Dari 5 jenis penyakit NTDs tersebut hanya frambusia yang tidak bisa dicegah.

“Empat diantaranya bisa dicegah dengan cara minum obat sekali seumur hidup. Jadi yang frambusia saja yang tidak bisa dicegah, maka caranya agar tidak terkena frambusia adalah harus menjaga lingkungan supaya tetap bersih,” tegasnya.

Sementara itu, Dirjen Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Kemenkes, Maria Endang Sumiwi dalam sambutannya mengatakan target eliminasi kusta adalah kurang dari satu kasus per 10.000 penduduk.

Namun, pada 2023 sebanyak 11 provinsi memiliki prevalensi kusta di atas satu per 10.000 penduduk.
"Permasalahan kusta tidak hanya sebatas tingginya prevalensi. Namun, juga masih tingginya proporsi pasien baru dengan disabilitas tingkat dua (sebanyak) 5,75%," ujar Maria.

Sementara itu, lanjutnya, frambusia merupakan penyakit yang sudah jarang dilaporkan. Akan tetapi, berdasarkan laporan dinas kesehatan, pada 2024 ditemukan 69 kasus baru frambusia.

Untuk filariasis, sampai 2023 baru 37 dari 236 kabupaten/kota endemis dinyatakan eliminasi filariasis. Lalu, skistosomiasis atau demam keong ditemukan di dua kabupaten, yaitu Poso dan Sigi di Sulawesi Selatan. Sedangkan, cacingan masih tersebar di seluruh kabupaten/kota.

"Menjadi tugas kita bersama untuk menurunkan angka prevalensi cacingan menjadi kurang dari 10%," pungkasnya.

Diberdayakan oleh Blogger.